Tidak Perlu Kekerasan Antar Umat Beragama
Surabaya- Toleransi Umat Beragama dapat terlaksana dengan baik manakala semua pihak sepakat untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Meski demikian, benih ketidaktoleran umat beragama acapkali terkoyak akibat perilaku beberapa oknum atau organisasi yang tidak mempedulikan kepentingan masyarakat lainnya.
Menurut Pendeta Sutrisno pada Seminar FKUB (Forum Kerukunan antar Umat Beragama) Surabaya dengan tema kekerasan atas nama agama di kuil Boen Bio Surabaya (15/10), menyebutkan, agama dapat menjadi sumber ketidaktoleran bagi semua umat manusia disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya penginterpretasian kitab suci yang tidak sesuai dengan konteks yang berkembang dalam masyarakat.
“Jika penginterpretasian ini tidak sesuai dengan konteks kekinian maka akan menjadi sumber dari sebuah kekerasan,”ungkap Sutrisno. Kondisi frustasi sosial masyarakat yang disusupi dengan ideologi-ideologi yang salah, juga menjadi salah satu faktor sumber ketidaktoleran antar umat beragama. “Akibatnya, muncul fundamentalisme agama yang sempit,” terangnya.
Sumber dari kekerasan agama lainnnya yaitu faktor peran penguasa yang tidak bersikap netral dalam mengatasi masalah agama. Sutrisno mengatakan, kekerasan berbasis agama akan memiliki potensi yang besar ketika ditopang oleh pemimpin politik yang berusaha untuk membangun identitas negara berdasarkan agama mayoritas. “Jika agama didasarkan kepada peran pemimpin politik yang berpikir atas nama identitas negara yang berdasarkan agama mayoritas maka akan timbul arogansi kelompok pemeluk agama yang dapat menekan dan memberikan ancaman kepada kelompok minoritas,”kata Surtrisno.
Solusi yang dapat ditempuh sebagai umat beragama adalah mau memahami dan menghargai sesama umat manusia sesuai dengan ajaran agama yang selalu mengedepankan kebaikan. “Semua ajaran agama mengajarkan kebaikan dan tak ada agama yang mengajarkan kejelekan. Kiranya semangat ini bertengger dalam lubuk hati dan tingkah laku kita sebagai pemuka agama” tukas Pendeta yang menjabat sebagai Sekretaris Badan pekerja majelis Sinode Wilayah GKI Sinode Wilayah Jatim.
XS Oesman Arif, perwakilan dari Konghucu, menambahkan, edukasi sebagai sarana tepat untuk menyelesaikan akar permasalahan agama yang muncul. “Pendidikan adalah sebagai cara yang efektif dalam menyelesaikan masalah.”imbuh Oesman.