Perkumpulan Keluarga Matuari Tombulu Yang Ada Di Surabaya Dukung Alat Musik Kolintang Mendunia
Surabaya – Kumpulan masyarakat atau komunitas memiliki beragam cara untuk mempersatukan mereka. Salah satunya, Perkumpulan Matuari Tombulu dari Sulawesi Utara (Matom) yang ada di Surabaya mengadakan acara Natal Bersama 2016. Acara tersebut diadakan di hotel Elmi Surabaya pada hari Sabtu (28/1/2017). Ajang yang diadakan setiap tahun itu diawali dengan pembukaan para tetua-tetua masyarakat Tombulu yang membawa bunga dan membagikan kepada orang yang dikasihinya. Diiringi dengan lagu happy birthday Jesus yang dibawakan oleh anak-anak membuat suasana haru dan penuh semangat persahabatan antar sesama anak manusia.
Ditemui di sela-sela acara, Erik Lasut selaku sekretaris di Perkumpulan Matuari Tombulu menjelaskan, arti dari Matuari Tombulu. “Matuari itu sendiri adalah Persaudaraan. Minahasa yang merupakan suatu etnis. Tombulu itu salah satu sub etnis yang ada di Minahasa. Dan terdiri dari beberapa kampung dan kotanya adalah Tomohon. Tombulu yang terdiri dari beberapa kampong memiliki bahasa tersendiri yakni Tombulu,” kata Erik
Mengenai eksistensi dari Keluarga Matuari Tombulu, Erik mengatakan, kelompok ini masih eksis dan anggotanya masih banyak yang masih berkarya di Indonesia. “Kami masih eksis. Di sini, ada Laksamana Madya Frans Wuwung selaku penasihat kami, Wakil Direktur Rumah Sakit Angkatan Laut Ramelan Surabaya yakni Kolonel Tonny Parengkuan saat ini aktif sebagai dokter dan Kolonel. Ada juga ibu-ibu yang berkarya di bidang mereka dan mereka juga tergabung kerukunan Keluarga Kawanua Surabaya. Jadi sub etnis-sub etnis Minahasa yang berada di Surabaya juga tergabung dalam Kawanua. Untuk itulah, kami tergabung dalam kerukunan Keluarga Kawanua Surabaya(K3S).
Erik menyebutkan, kontribusi Perkumpulan Maturi Tombulu ini sangat nyata bagi masyarakat Kawanua yang ada di Surabaya. “Kontribusi masyarakat Tombulu ini sangat nyata bahkan dalam lingkup yang luas. Untuk aspek Seni Budaya, selalu mempertunjukan acara dengan baju-baju adat, tarian Maengket, dan Kolintang dan kita sering tampil di event-event kota Surabaya seperti Un Habitat dan parade kota Surabaya yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya. Untuk Sosial, kami mengunjungi keluarga-keluarga yang berkekurangan dan memberikan support terhadap komunitas Minahasa yang berduka,”tambah sekretaris di K3S
“Khusus untuk Kolintang, kami sudah diakui oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dari sebab itu, perjuangan selanjutnya adalah musik tradisional ini dapat diakui oleh dunia dalam hal ini UNESCO,”singkatnya.
Erik memiliki harapan kepada masyarakat Minahasa yang berada di Surabaya, agar dapat menjadi warga Surabaya yang baik. “Saya berharap Masyarakat Minahasa di Surabaya menjadi warga kota yang baik. Kedua, warga Minahasa yang berada di Surabaya dapat memberikan dampak positif lewat karya-karya mereka ke depan. Kita sudah siap jika Pemkot membutuhkan ajang apapun untuk mendukung program Pemkot Surabaya,” imbuhnya di akhir perbicangan dengan kabaremansipasi.com pada saat acara itu.
(pet)
Leave a Reply