Suasana Tabur Bunga di belakang Monumen Karl Doorman

Suasana Tabur Bunga di belakang Monumen Karel Doorman

Surabaya- Mengenang para prajurit Angkatan Laut Belanda yang bertempur di Laut jawa, bermacam-macam kenangan tidak terlupakan, terlebih bagi mereka yang dimakamkan di Ereveld Kembang Kuning (Taman Kehormatan) Kembang Kuning, Surabaya, Jawa Timur. Pada hari Senin (27/2/2017), keluarga para tentara Belanda yang telah meninggal ini berkumpul di Taman Kehormatan Belanda, Kembang Kuning, Surabaya untuk mengenang wafatnya para tentara Belanda. Upacara mengenang 75 tahun peperangan di Laut Jawa Ini dimulai pada pukul 9.30 tepat dan dihadiri sekitar 60 orang baik dari Belanda dan Indonesia.

Bagi keluarga dari Gerard Wilhemly Damste yang adalah salah satu perwira arteleri Angkatan Laut bersama kapal Admiral Karel Doorman yakni kapal de Ruijter mengenang kerabatnya yang gugur. Nienke Haga, sebagai cucu dari Gerard Wilhemly memiliki impresi yang sangat positif terhadap Admiral Karel Doorman. “Ia adalah sosok yang baik hati, berani mengambil resiko dan sangat menolong anak buahnya dan ia pribadi sangat nekat dalam melakukan misi yang sangat sulit pada waktu itu,”katanya

Bagi Nienke, kakeknya adalah sosok yang berani dan membantu orang lain. “ia adalah sosok betani dan mau menolong orang lain di masa kolonial,” ujarnya. Ketika diwawancarai, Nienke ditemani oleh anak dari Gerard Wilhelmy Damste dan Marijke Haga sebagai saudara perempuan dari Gerard Wilhelmy Damste.

Lain halnya, dengan Nienke, Gerard Wilhelmy Damste anak kandung dari papa yang memiliki nama yang sama memiliki kenangan terhadap masa perang dunia kedua.Ia dan Marijke Haga pernah tinggal di Surabaya dan banyak sekali pengalaman pada masa perang dunia kedua khususnya pada pendudukan jepang. “saya dan Marijke pernah tinggal di Surabaya tepatnya di jalan Bali(Bali Straat) pada waktu itu. Kami pernah tinggal selama 10 tahun dari tahun 1936 sampai hampir diakhir 1946. Kami pernah mengalami masa pendudukan jepang dan dipindah-pindah ke semua pembuangan. dari Surabaya dipindahkan ke Semarang dan dibuang di Kamp jepang di Halmahera, lalu kami dikembalikan kembali ke Surabaya lewat Singapura dan dipulangkan sekitar tahun 1945-1946 ke Belanda,”tambah Gerard yang saat ini tinggal di Utrecht, Belanda.

Dalam kesempatan yang sama, Kabaremansipasi.com bertemu dengan JPH Donner Presiden dari OGS (Oorlogsgravenstichting Indonesie) seluruh dunia. Kedatangan JPH Donner bertujuan untuk melihat Taman Makam kehormatan yang ada di jawa sekaligus mengenang para tentara Belanda yang gugur dalam pertempuran di Laut Jawa. “Tujuan saya datang ke Taman kehormatan Kembang Kuning untuk mengadakan pengawasan dari Taman Kehormatan kembang Kuning dan semua Taman Kehormatan lainnya yang ada di Indonesia. Juga yang tidak kalah penting mengenang semangat kepahlawanan tentara Belanda, Amerika  dan Inggris yang gugur di Laut Jawa 75 Tahun yang lalu,”kata Donner

Berbicara tentang perang di laut Jawa, menurut Donner, banyak kejadian yang terjadi di tahun 1945 ini memang merupakan perbincangan yang penting bagi masyarakat Belanda. “kejadian peperangan di Laut Jawa tetap menjadi perbincangan yang sangat hangat di negeri Belanda dan tetap selalu ingat oleh masyarakat Belanda. Dan negara Belanda sendiri. Sekarang saja, masih tetap menjadi bahasan hangat  di  dalam dunia Pendidikan di Belanda ,”imbuh Donner

Donner sangat berharap  dengan adanya Taman Kehormatan ini dapat mengakrabkan tali persahabatan antara kedua bangsa Indonesia dan Belanda lebih baik lagi khususnya bagi generasi muda.” Akhir dari perang adalah kesedihan, kehilangan, dan ini adalah fungsi Taman kehormatan adalah sebuah taman yang menjadi jembatan persahabatan yang memberikan  kesadaran yang dapat membuka tabir sejarah kearah yang lebih baik dan memberikan pencerahan baik bagi generasi muda Belanda juga kepada Indonesia,”yang juga adalah Vice Council of State dari Pemerintah Belanda.

“yang paling akhir dari saya adalah dengan adanya Taman kehormatan ini dapat membangun kesadaran yang saling menguntungkan dengan rasa kebersamaan antara kedua Bangsa Indonesia dan Belanada,”ucapnya di akhir perbincangan dengan Kabaremansipasi.com

Suasana Upacara memperingati Pertempuran tentara Belanda di Laut Jawa pada hari Senin (27/2/2017) di Taman Kehormatan Belanda

Suasana Upacara memperingati Pertempuran tentara Belanda di Laut Jawa pada hari Senin (27/2/2017) di Taman Kehormatan Belanda

Sejarah peristiwa pertempuran di Laut Jawa diawali dengan penyerangan besar-besaran jepang pada bulan Februari 1942. Serangan bertubi-tubi Jepang menyebabkan Jepang menguasai Kawasan Hindia Belanda yang kaya raya akan hasil komoditas bumi dan alamnya. Surabaya sebagai pangkalan laut terakhir dan terbesar di Asia Tenggara.

Pada Tanggal 26 Februari 1942 beberapa kapal eskader sekutu yang terdiri dari Kapal Angkatan Laut Belanda, Inggris, Amerika dan Australia di bawah pimpinan Laksamana Angkatan Laut Belanda K..W.F.M Doorman bertolak dari pelabuhan Surabaya untuk mencegah invasi Jepang ke Jawa Timur. Saat pertempuran tanggal 27 Februari 1942 Jepang berhasil menenggelamkan 3 kapal laut Belanda yakni Hr.Ms.Kortenaer, Hr.Ms. Java dan kapal pemimpin Hr. Ms. De Ruijter. 915 nyawa prajurit Belanda meninggal juga termasuk Laksamana Angkatan Laut K.W.F.M Doorman. Kalimat yang terkhir didengungkan oleh Laksamana Angkatan Laut Doorman saat perang di Laut Jawa  adalah “Saya menyerang , semua ikuti saya!”

(Pet)