Rusell Liang, Devin Gilbert Sentosa, Branden Hendriksen Rao, Luke Richard Taylor, Cleo Alleigra yang akan mempresentasikan karya ilmiah mengenai keterlibatan anak-anak dalam peperangan

Siswa kelas VI SD Ciputra Surabaya yang bernama Rusell Liang, Devin Gilbert Sentosa, Branden Hendriksen Rao, Luke Richard Taylor, Cleo Alleigra akan mempresentasikan karya ilmiah mengenai keterlibatan anak-anak dalam peperangan

Surabaya- Perang adalah masalah yang serius bagi dunia, terutama untuk anak-anak. Beberapa masalah yang timbul akibat perang seperti anak-anak mengalami luka berat terkena tembakan atau bom. Bahkan, dapat menyebabkan kematian. Kondisi anak-anak dalam perang juga menyebabkan, kebanyakan dari mereka hidup dalam kekurangan gizi, mudah terjangkit penyakit. UNICEF dan UNHCR adalah organisasi PBB yang banyak membantu anak-anak untuk hidup normal jika dalam kondisi perang. Siswa kelas VI SD Ciputra Surabaya yang bernama Rusell Liang, Devin Gilbert Sentosa, Branden Hendriksen Rao, Luke Richard Taylor, Cleo Alleigra akan mempresentasikan hasil karyanya tentang anak-anak dalam perang pada Eksibis bertemakan Sharing The Planet di PYP Ehibition 8-10 Maret di Sekolah Ciputra Surabaya.

Menurut Branden Rao siswa kelas 6C SD Ciputra, anak-anak seringkali harus menjadi korban daripada perang sehingga penyediaan fasilitas umun yang sangat minim bagi mereka. “Anak-anak tersebut mendirikan tempat sementara untuk berlindung. Seperti mendirikan tempat tinggal sementara yang tidak layak, mereka juga tidak mendapatkan tenaga pendidik dan fasilitas pendidikan yang layak, ditambah dengan kebutuhan sehari-hari seperti makanan, pakaian yang layak, air bersih dan obat-obatan yang sangat terbatas,” tutur Brandon Rao.

“Kami semua tidak mendukung anak-anak dalam perang karena itu tidak adil buat mereka. Sedangkan, kami sebagai sesama anak-anak seharusnya dapat bersekolah, bermain, punya rumah dan mendapatkan makanan yang cukup. Hak-hak anak yang diakui oleh seluruh dunia telah dilanggar,”imbuh Devin Gilbert Sentosa siswa kelas 6 A SD Ciputra Surabaya.

Devin menyesalkan tentang anak-anak menjadi korban dan pelaku perang karena tidak sejalan dengan deklarasi Hak-hak Anak dunia yang tertulis dalam konvensi Genewa 1958. “Dalam pasal 19 dari Deklarasi Hak-hak Anak, menjelaskan tentang hak anak untuk dilindungi dari semua hal-hal yang berbahaya. Menurut kami anak-anak yang berada dalam zona perang sangat membahayakan jiwa mereka, seperti resiko tertembak, terkena luka berat, mendapatkan kekerasan seksual yang mengakibatkan cacat pada tubuh mereka. Mereka mengalami kekurangan makanan karena situasi perang yang dapat menyebabkan kemiskinan,”tambah Devin.

Russel salah seorang anggota kelompok  dalam eksibisi ini, sempat berkunjung ke tempat yang berbeda untuk mengetahui cara pemerintah lokal membantu para pengungsi. “Pada akhir bulan Januari 2017 di kamp pengungsi Puspa Agro, kami telah bertemu dan bercakap-cakap dengan pengungsi dari daerah Timur Tengah, mereka mengatakan, anak-anak mereka sangat berbeda dengan kami dari sisi kehidupan. Mereka hanya bisa bermimpi masa depan mereka dan menunggu kapan perang tersebut berakhir,”ungkap Russel.

“ Fakta-fakta ini didapat dari salah seorang pengungsi yang berasal dari Timur tengah. Mereka mengakui, UNICEF adalah salah satu dari organisasi dari PBB yang menganggap hal ini serius, banyak orang tidak terlalu peduli tentang anak-anak dalam peperangan. Kami ingin membuka mata orang lain untuk lebih mengerti betapa anak-anak tersebut membutuhkan bantuan orang-orang yang lebih beruntung seperti kita,”tandas Russel di sela-sela perbincangannya kepada kabaremansipasi.com.

Di sisi lain, grup ini memiliki beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah anak-anak dalam perang secara dini. Luke mengatakan bahwa permasalahan ini tidak bisa dihentikan 100 persen, tetapi  masalah ini bisa dicegah sedini mungkin. “Ada banyak aksi yang bisa dilakukan, seperti mendonasi barang kebutuhan bagi mereka sehari-hari, membuat artikel tentang kondisi anak dalam perang, menyerukan kepada pemimpin dunia untuk tidak melibatkan anak-anak dalam perang, atau membuat poster tentang keadaan anak-anak dalam perang supaya yang membaca dapat berempati tentang kondisi anak-anak dalam perang.,”tutur Luke

Dari sisi iman Kristiani, Cleo menyebutkan bahwa melibatkan anak-anak dalam peperangan itu sama halnya pembunuhan. Dan itu sangat tidak diperbolehkan dalam agama apa saja termasuk agama Kristen. “Dari perspektif agama kristen dan katolik, membunuh adalah kesalahan. Pada injil Matius pasal 19 ayat 18 meyatakan bahwa jangan membunuh. Dan ini juga ditentang oleh agama manapun juga tentang masalah pembunuhan itu,”kata Cleo

Menurut kelima siswa SD sekolah Ciputra ini, hal yang sangat efektif untuk menyebarkan seruan kedamaian lewat sosial media.  “Cara yang paling efektif adalah membuat artikel tentang kondisi anak-anak dalam perang dan diunduh di sosial media, seperti Instagram, Twitter, Facebook. Ini adalah cara paling efektif karena hampir semua orang menggunakan sosial media dalam kehidupan sehari-hari dan informasi akan tersebar lebih efektif, efisien dan cepat. Kami berencana untuk mengunduh gambar anak dalam perang dan menggunakan #savechildrenatwar untuk meningkatkan kepedulian mereka tentang keadaan anak dalam perang,”jawab Devin mewakili teman-temannya.

(Pet)