Bantu Sesama yang Dilanda Bencana Alam di Ponorogo Lewat Kirab Keliling Tarian Reog
Surabaya- Menolong sesama yang terkena bencana alam dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan mengadakan kegiatan kebudayaan seperti kirab keliling kesenian Reog Ponorogo yang dilakukan oleh Himpunan Paguyuban Reog Ponorogo dan Jaranan kota Surabaya (HIPREJS).
Kegiatan yang dilakukan pada hari Sabtu (12/5/2017) tersebut bertujuan membantu saudara-saudara yang mengalami bencana longsor di daerah desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur. Ditemui di kantor HIPREJS, kawasan Lakarsantri, Surabaya, Jawa Timur, Salah satu pengurus HIPREJS yang bernama Murdianto mengatakan, aksi yang dilakukan oleh para penari Reog dan jaranan ini merupakan aksi kepedulian sosial untuk saudara-saudara di Ponorogo. “aksi yang dilakukan oleh Paguyuban Reog Ponorogo ini sebagai dukungan terhadap saudara-saudara yang terdampak musibah tanah longsor di desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur. Sementara ini, informasi yang saya ketahui ada 28 korban yang hilang dan 4 orang baru ditemukan,”kata Bapak yang sehari-hari disebut Pak Damun.
“Lewat kegiatan ini, diharapkan masyarakat dapat peduli dan mendukung musibah yang terjadi bagi saudara-saudara yang ada disana dan dapat memperkenalkan budaya khas dari bumi Reog Ponorogo sebagai budaya adi luhung yang dapat dikenal dari generasi ke generasi juga supaya Reog ini jangan sampai diambil oleh bangsa lain,”tambah Damun.
Pendiri HIPREJS Tri Suryanto S.H.,MH yang dihubungi melalui telepon, mengatakan bahwa HIPREJS didirikan dengan tujuan untuk memberikan wadah dan sarana bagi para penari reog untuk dapat berkarya dan memperkenalkan kepada masyarakat Surabaya sebagai budaya Negara Indonesia. “Adanya HIPREJS ini dapat mendukung para seniman–seniman Reog Ponorogo mulai dari berbagai usia untuk dapat mengembangkan kesenian anak bangsa yang memiliki nilai-niai positif yang dapat dikembangkan dalam semua elemen masyarakat,”tutur Tri Suryanto.
“Dengan diadakannya Kirab pada Sabtu lalu, diharapkan stigmatisasi negatif yang selalu mengaitkan reog sebagai seni budaya yang menggunakan kekuatan magis dapat dihilangkan dengan cara memberikan pemikiran baru bahwa seni ini memberikan warna edukasi yang membawa nilai-nilai kebaikan bagi masyarakat. Jadi dengan adanya kesenian ini dapat membentuk seniman yang berbudaya dan berakhlak. Contohnya pada kegiatan pada Sabtu malam lalu memiliki misi sosial kepada masyarakat Lakarsantri,Surabaya” tandas Tri yang menambahkan ada 30 group saat ini dalam naungan HIPREJS saat ini.
(Pet)