Masyarakat Maluku di Surabaya Rayakan Hari Pattimura ke 200 tahun
Surabaya- Dalam mengenang perjuangan dan semangat dari Pahlawan Kapitan Pattimura, Dari sebab itu, Komite Perekat Persaudaraan Maluku Surabaya mengadakan perayaan Pattimura ke 200 di pantai Kenjeran Lama pada hari Minggu (21/05/2017). Sejak pukul 05.00 WIB, masyarakat Maluku dari berbagai tempat di daerah Surabaya dan sekitarnya sudah berkumpul di lokasi acara.
Mereka menyaksikan upacara adat dengan lari Obor. Upacara adat yang dilakukan oleh 13 pelari muda dari Maluku itu dilakukan untuk menghormati karya dan penghormatan kepada Kapitan Pattimura. Kemudian, Oleh ke 13 Pelari Maluku ini, Obor perjuangan Pahlawan Patimura diserahkan kepada Raymond Lesilolo dan diserahkan kepada Walikota Surabaya Tri Rismaharini untuk dinyalakan pada obor utama yang menyala dalam acara Perayaan Hari Pattimura yang ke 200 tahun.
Ditemui di sela-sela acara, Ketua Pelaksana acara Peringatan Hari Pattimura ke 200 tahun Raimon Lesilolo mengatakn, acara kali ini adalah untuk membangkitkan semangat kepahlawanan dan kepatriotisan dari semangat Pattimura yang rela mati untuk mempertahankan Maluku dari penjajahan Belanda. Semangat yang dipetik dari hari Pattimura ini adalah semangat kasih kepada sesama anak-anak bangsa khususnya Bangsa Indonesia. “Ajang Pattimura kali ini adalah untuk mengingat serta meningkatkan semangat perjuangan dari Pahlawan Pattimura. Dimana pahlawan Pattimura merupakan icon besar masyarakat Maluku dan Indonesia yang rela berkorban demi nusa dan bangsa.”ungkapnya.
Selain itu, tema acara hari Pattimura ke 200 ‘Laeng Saying Laeng’. “Tema tersebut jika diterjemahkan adalah lain sayang lain. Artinya, sebagai bangsa, kita harus saling mengasihi satu dengan yang lain dan jangan mau dipecah-pecahkan oleh bangsa lain sebagai satu kesatuan dari bangsa Indonesia,”tegas Raimon
Pattimura dalam catatan sejarah adalah sosok pria Maluku yang lahir pada tanggal 8 Juni 1783 dari ayah yang bernama Frans Matulessy dan Ibunya Fransina Silahoi. Pattimura adalah bangsawan yang sangat disegani dimasyarakat Nusa Ina Seram. Ia sosok pahlawan yang melawan kecongkakan tentara VOC Belanda pada waktu itu yang ingin merampas harta dan kekayaan dari Saparua, Maluku. Alhasil, Benteng Durrstede dikuasai dan residen Van den Berg meninggal akibat dari pasukan Belanda. Perperangan yang ditunjukkan oleh laskar Pattimura dengan pimpinan Pattimura mendapatkan perlawanan yang keras. Sehingga Prajurit dari Pattimura banyak meninggal. Akibat politik adu domba. pada akhirnya Pattimura meninggal di tiang gantung di Ambon pada tanggal 16 Desember 1817
Dalam perayaan Hari Pattimura dimeriahkan juga oleh Para penari dari Tanimbar. Mereka menarikan Tari Cakalele Silolona sebagai tarian perang dan penyambutan tamu dengan diasuh oleh Jimmy Takdare. Yang tidak kalah menariknya, tarian Lenso yang dimainkan oleh anak-anak Amboina Dance asuhan Angeline Paliama. Derap dan langkah anak-anak muda dari Maluku dari kedua tarian membuat semangat para penonton yang sebagaian besar masyarakat Maluku yang ada di Surabaya terhibur.
Selanjutnya, acara diakhiri dengan makan bersama atau disebut dengan makan Patita. Adapun makanan yang disajikan beragam diantaranya Papeda, ikan bakar, ketupat, nasi pulut dengan gula merah. “Tujuan dari makan Patita adalah makan yang dilakukan semua orang tanpa membeda-bedakan suku, ras, umur maupun golongan yang hadir. Semua berkumpul dan bersatu,”imbuh Raimon.
Di akhir acara, Masyarakat Maluku dari Surabaya mengadakan menari Tobelo secara bersama-sama dengan nada dan irama yang rancak bana dengan iringan band Abohim dengan diiringin oleh Organis beken Louis Patimukay.
(Pet)
Leave a Reply