Puja Mandala Bali Simbol Toleransi Umat Beragama
Nusa Dua, Bali – Toleransi Umat Beragama terus dipelihara dan dilestarikan selalu. Salah satu simbol pelestarian toleransi umat beragama di Indonesia, ada di Komplek Peribadatan Puja Mandala, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali. Komplek Peribadatan Puja Mandala terdapat 5 bangunan rumah ibadah yang berdiri berjejeran dari 5 agama yakni Masjid Agung Ibnu Battutah (Islam), Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa (Katolik), Vihara Buddha Guna (Budha), Gereja Protestan GKPB Jemaat Bukit Dua (Kristen) serta Pura Jagatnatha (Hindu).
Komplek Peribadatan ini bisa didatangi oleh wisatawan domestik dan luar negeri ketika mengunjungi pantai Pandawa karena lokasi Pantai Pandawa tidak jauh dengan tempat tersebut. Pada libur lebaran lalu tahun 2017, jumlah kunjungan wisatawan di tempat ini meningkat karena mereka ingin melihat uniknya tempat ibadah yang dibangun berjejeran.
Bangunan tempat ibadah 5 agama yang terletak di Jalan Kuruksetra, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali itu masih aktif dipakai oleh warga dan wisatawan untuk kegiatan ibadah. Tempat parkir yang digunakan untuk beribadah juga saling berbagi. “Seringkali kami para pengurus tempat ibadah di sini (Puja Mandala) juga saling membantu kelancaran parkir ataupun keamanan saat warga dari agama lain beribadah” ujar Nazir, guide dari Masjid Agung Ibnu Battutah yang ada di komplek Puja Mandala itu ketika ditemui pada 27 Juni 2017 lalu.
Nazir menjelaskan, komplek Peribadatan ini dibangun pada era pemerintahan Presiden Soeharto tahun 1997 oleh Menteri Pariwisata pertama pemerintahan Soeharto Joop Ave dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral era pemerintahan Soeharto Ida Bagus Sudjana. “Alasan dibangunnya komplek Puja Mandala ini karena minimnya tempat Ibadat khususnya umat Muslim di kawasan Nusa Dua. Nah, muncullah ide dari menteri-menteri itu kenapa gak dibangun sekalian lima tempat ibadah di kawasan ini sebagai simbol toleransi umat beragama. Akhirnya dibangun kelima tempat ibadah ini” jelasnya. Komplek Peribadatan ini dibangun atas dukungan dari Bali Tourism Development Corporation (BTDC).
“Komplek peribadatan ini dibangun untuk menunjang peribadatan warga setempat sekaligus sebagai tempat wisata religi bagi 5 agama di Indonesia” terangnya. Bagi Nazir, dengan adanya bangunan ini, kerukunan umat beragama dijunjung tinggi bagi warga Bali karena warga Bali menganut prinsip kekeluargaan tanpa memandang agama apapun.
Nazir mengharapkan, toleransi umat beragama harus senantiasa dipelihara oleh siapapun juga tanpa memandang agama apapun. “Karena kita hidup di dunia ini merupakan satu keluarga walaupun berbeda kepercayaan dan keyakinan. Hendaknya kita hidup dengan damai dan kekeluargaan” harapnya.
(ric)