Indahnya Berwisata di Agrowisata Kopi Luwak Mertha Sari Buana Bali
Bedugul, Bali – Bagi penikmat dan pencinta kopi, tak lengkap rasanya jika berwisata ke Bali tidak menikmati kopi asli Bali. Berbagai macam varian kopi seperti arabica dan robusta diproduksi di Bali diantaranya di daerah Kintamani. Selain itu juga terdapat kopi luwak yang terdapat di Bedugul, Bali.
Banyak produsen yang memproduksi kopi yang diternakkan dari hewan luwak / musang (paradoxurus hermaphrodites) itu di daerah Bedugul dan Ubud. Salah satu produsen kopi luwak yang dikunjungi oleh kontributor kabaremansipasi.com di sekitar Jalan Parean Bedugul, Mekarsari, Baturiti, Tabanan, Bali pada hari Kamis (28/12/2017) yakni Mertha Sari Buana (MSB).
MSB memiliki lahan sekitar 1 hektar untuk menanam kopi, cocoa, ginseng, jahe, teh, dan daun jeruk guna memproduksi berbagai olahan teh jahe, teh lemon, kopi ginseng, kopi biasa, mocca (campuran kopi dan coklat), dan cocoa. Di samping itu, MSB juga memelihara dengan baik hewan luwak yang menghasilkan kopi luwak dari kotoran hewan tersebut.
Ketika berkunjung di tempat ini, wisatawan hanya membayar Rp 100.000,- untuk menikmati minuman secangkir kopi luwak dengan disertai kopi Bali, kopi ginseng, lemon tea, teh jahe, coklat, dan mocca (campuran kopi dan coklat). Lalu, wisatawan dapat menikmati perkebunan yang eksotik dan indah di kawasan dataran tinggi Bedugul. Harga yang sebanding dengan produksi biji kopi dari kotoran hewan luwak yang bisa memakan waktu yang cukup lama.
Wayan selaku penjaga perkebunan kopi luwak MSB menjelaskan proses pembuatan kopi luwak. “Hewan luwak memakan biji – biji kopi dari tanaman kopi yang ada di perkebunan kami. Untuk menghasilkan tanaman kopi yang baik, kami melakukan proses pembibitannya menggunakan pupuk guna menghasilkan buah – buah kopi arabica yang baik berwarna merah” jelas Wayan sembari menunjukkan dua hewan luwak yang ada di perkebunannya.
Buah-buah kopi arabica yang telah benar-benar masak (ditandai dengan kulit buah berwarna merah) diberikan kepada luwak sebagai makanannya. Buah-buah kopi akan dicerna oleh enzim yang ada di perut luwak. Proses fermentasi alami yang terjadi di sistem pencernaan luwak itulah yang menjadikan biji kopi luwak yang berkualitas tinggi, dan berharga sangat mahal.
Dari kotoran luwak itulah, lanjut Wayan, kami memilah – milah yang baik guna menghasilkan cita rasa kopi luwak yang enak. “Kualitas kotoran luwak terdapat beberapa syarat seperti kondisi badan hewan luwak harus bagus dan stabil. Jangan ada yang sakit ataupun suhu badannya berkurang. Kami menerapkan standar yang ketat dalam pemilihan biji kotoran luwak guna menghasilkan biji kopi luwak karena jika tidak baik sedikit saja maka citarasa kopi yang dihasilkan kurang pas” timpalnya.
“Setelah itu, kami melakukan proses pemasakan biji kopi luwak menggunakan wajan biasa dan dimasak di atas tungku bakar biasa dengan cara disangrai” ungkap Wayan sembari menunjukkan proses pemasakan biji kotoran luwak.
Berikutnya, sambung Wayan, kami mengolah biji tersebut menjadi suatu bubuk kopi luwak menggunakan alat mesin penghancur biji kopi tradisional maupun ditumbuk secara biasa. “Setelah bubuk kopi jadi, kami melakukan pengepakkan untuk dijual kepada wisatawan yang mengunjungi tempat kami” katanya.
Wisatawan yang datang mengunjungi perkebunan kopi MSB tidak hanya dari domestik tapi juga wisatawan mancanegara. Tak jarang pula, wisatawan mancanegara juga melakukan pemesanan kopi ke tempat kami seperti pemesanan dari Jepang, Belanda, dan Rusia. “Salah satu turis dari Rusia menyukai, kopi luwak di tempat kami benar – benar asli dibuat dari bahan tradisional bukan dari pabrik yang ada campuran bahan kimia dan pengawetnya. Cita rasa kopi luwak di Bali sungguh enak, kata wisatawan asal Rusia itu” terangnya.
Fransiska wisatawan asal Surabaya yang berkunjung ke perkebunan agrowisata kopi luwak tersebut pada hari Kamis (28/12/2017) mengatakan, harga kopi luwak lumayan mahal ini sebanding dengan proses pengolahan kopinya yang sangat bagus untuk menghasilkan cita rasa kopi yang enak.
(ric)