Peran Perempuan Di Era Milenial
Surabaya – Kamis malam (07/06/2018) suasana Warung Mbah Cokro Surabaya tidak tampak seperti biasanya, Pada malam itu sedang berlangsung kegiatan Dialogika HADASA dengan tema Menjelajah Pemikiran Simone de Beauvoir “Perempuan yang Dihancurkan” yang diadakan oleh Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Surabaya. Peran perempuan menjadi topik dalam acara tersebut.
“Perempuan adalah kawan sekerja dari laki-laki sehingga kesadaran semua pihak perlu dibuka, karena kita ketahui bersama bahwa selama ini, mulai dari perjuangan kaum-kaum feminis sampai sekarang masih terjadi ketimpangan sehingga di ruang-ruang diskusi perlu membuka wawasan, mungkin ada perempuan yang belum mengerti apa itu perempuan sebenarnya.” Steffi Graf Gabby selaku Sekretaris Fungsi Penguatan Kapasistas Perempuan GMKI Pusat yang menjadi pembicara dalam kegiatan itu.
Saras Dumasari, Staff Diklat & Politik Koalisi Perempuan Indonesia Jawa Timur berpendapat bahwa perempuan saat ini masih terjebak dalam sistem maupun nilai yang diamini oleh masyarakat luas dan perlu adanya kesadaran dari perempuan itu sendiri. “Perempuan harus tahu bahwa zaman sekarang adalah postmodernisasi, Ketika perempuan menjadikan suatu identitas adalah media untuk mengenal diri lebih baik mendapat informasi lebih baik dan dia mampu mengolah dengan menggunakan teknologi, akan menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi orang, dan hal tersebut dapat meningkatkan martabat dari perempuan itu sendiri.”ungkap Saras.
Di sisi lain Andreas Kristianto, Rohaniawan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Mojokerto Jawa Timur, mengungkapkan bahwa perempuan perlu mendapatkan kedudukan yang setara di abad millenial ini, perempuan harus sadar akan sistem yang telah menidas mereka dan melakukan kontribusi nyata dalam kerja kemanusiaan. “Seperti yang dikatakan oleh Simone de Beauvoir, kita harus sadar selama ini telah terbelenggu oleh sistem patriakal, setelah itu bangun nalar berpikir atau cara pandang terhadap suatu hal, dan memiliki suatu komunitas dengan kontribusi kerja nyata dengan tidak menjadi eksklusif namun inklusif terbuka dengan kelompok-kelompok kerja.” tandas Andreas.
Steffi Graf Gabby menambahkan, kita melihat realita sekarang dimana terjadi perempuan di nomor duakan, perempuan masih mengalami kekerasan atau pelecehan dan lain-lain sehingga kita memiliki tugas dan tanggung jawab besar untuk mengembalikan kondisi dunia yang sebenarnya adil dan tidak ada diskriminasi.
(Beny/pet)