Etika Berkendara Terus Diperkenalkan Sejak Dini
Surabaya – Etika berkendara terus menerus diedukasi kepada milenial. Edukasi ini tidak hanya dari institusi kepolisian saja melainkan juga dari peran orang tua. Menurut data Korlantas Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, dari sekitar 147 ribu kecelakaan pada tahun 2020, 46%-nya melibatkan kaum milenial (15-39 tahun), dan 80% dari kecelakaan pada sepeda motor.
Dilansir dari pilarpos.com, kecelakaan sepeda motor tabrak lari terjadi lagi di Jalan Raya Ngagel depan eks Kantor Brata, pada hari Selasa (26/10/2021) sekitar jam 03.00 WIB. Korban tabrak lari bernama Syarif Hidayatulah (20 tahun) tewas ditempat akibat kecelakaan. Hingga berita ini ditayangkan, kasus ini masih ditangani oleh Unit Laka Lantas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya.
Dengan adanya kecelakaan bermotor ini, maka institusi Kepolisian tetap melakukan edukasi etika berlalu lintas bagi anak muda. Salah satunya yang dilakukan oleh Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Ngada, Nusa Tenggara Timur melalui unit Kamsel kepada puluhan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Bajawa, Kabupaten Ngada, Rabu (3/11/2021).
Kepala Unit Kamsel Satlantas Polres Ngada Aiptu Khaeruddin menjelaskan bahwa pihaknya mengedukasi para siswa untuk selalu menggunakan helm berstandar SNI saat mengendara motor. “Kita memberi edukasi kepada siswa dan guru untuk selalu menggunakan sambuk pengaman (safety belt) saat berkendara roda empat maupun roda enam,” ujarnya, dilansir dari website Korlantas Polri.
Para siswa juga diminta untuk tidak menggunakan knalpot racing atau brong, dilarang bermain telepon seluler (HP) saat berkendara dan mengonsumsi minuman keras atau narkoba. “Kita menegaskan pula kepada para siswa untuk tidak mengendara kendaraan bagi yang masih di bawah umur,” ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam keterangan tertulis pada Selasa (21/9/2021) mengungkapkan, ada empat sikap yang harus diterapkan untuk menjadi pengemudi yang baik yaitu kewaspadaan (alertness), kesadaran (awareness), perilaku (Attitude), serta antisipasi (Anticipation).
Menurut Budi Karya Sumadi, sikap tersebut dapat menghindari pengendara dari penyebab kecelakaan yang disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain, tidak disiplin, tidak sabar, kurangnya konsentrasi, kurang hati-hati, kelelahan, ngebut, mabuk, dan tidak menghormati pengguna jalan lain.
“Wajah sebuah bangsa juga terlihat dari perilaku para pengguna jalannya. Seperti halnya kita mengenal betapa tertibnya di Eropa, Australia, Korea, Jepang dan negara lainnya. Semoga kita bisa melakukan itu. Saya berharap negara lain juga mengenal Indonesia sebagai negara yang tertib dan berempati di jalan,” ungkapnya, lansiran dari detikcom.
(pet/ric)