Para pembicara di sarasehan budaya deradikalisasi dan mencegah intoleransi

Surabaya – Dalam menebar semangat kebersamaan dan kegotong royongan, maka perlu diadakan refleksi nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, pada momen haul Bung Karno dan hari lahir Pancasila, diadakan acara Sarasehan budaya deradikalisasi dan mencegah intoleransi di Cafe Bi Copi, Jalan Soekarno Hatta 678 Surabaya, Minggu (19/06/2022).

Walikota Surabaya, Para Pembicara, para panitia acara sarasehan budaya deradikalisasi dan mencegah intoleransi

Sarasehan dihadiri oleh semua elemen masyarakat mulai dari mahasiswa, para tokoh masyarakat, praktisi, aktifis, perwakilan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. Seharusnya acara dibuka oleh Eri Cahyadi selaku Walikota Surabaya dan Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Besar Polisi Ahmad Yusef tapi karena ada aktifitas lain maka diwakilkan oleh MT Ekawati Rahayu dari Bakesbangpol Kota Surabaya dan Wakil Kepala Satuan Intel Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Polisi Imam Solichin. Namun, Walikota Surabaya tetap hadir di pertengahan acara.

Pembicara pertama, KH Abdul Hamid Syaroni sebagai aktifis dan budayawan mengamati perkembangan Pancasila dalam perspektif agama dan budaya dari masa lampau dan merefleksikannya dalam masa sekarang di tengah pandangan masyarakat muslim yang ada di Surabaya dan Indonesia.

“akhir-akhir ini terutama Surabaya dan Indonesia mengalami banyak gonjang-ganjing di masa kini. Dulu perbedaannya sangat signifikan. kalau dulu perbedaannya hanya hari dan bulan  libur tetapi sekarang sangat jauh berbeda dan suhunya sangat panas sekali.,” terangnya.

Kiai yang sangat enerjik itu mengungkapkan, “di agama manapun sebenarnya tidak diajarkan mengenai intoleransi. Menurut saya, Pancasila sudah menjadi pedoman atas persetujuan atau musyawarah dari para pendahulu kita terutama tokoh-tokoh agama dimana Pancasila menjadi dasar bukan menjadi agama”.

Dia menerangkan, Indonesia negara yang sangat kita cintai ini menomorsatukan ketuhanan yang berpedoman pada keimanan dan keyakinan. Sedangkan sila kedua mengenai rasa kemanusiaan. Jika kita hubungkan dengan kecintaan dengan negara kita, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para kiai. Cinta akan tanah air harus selaras dengan keimanan yang berkaitan dengan sila selanjutnya yakni Persatuan Indonesia”.

“Untuk itu, ciptakan suasana yang damai dan harmonis ini dengan silahturahmi sehingga Surabaya dapat tercipta kedamaian dari berbagai lintas agama, dan budaya. Monggo (Silahkan) silahturahmi sehingga kota dan negara kita cintai dapat terjalin secara baik,”lanjutnya.

Sementara, pembicara kedua, Kolonel Inf. Corry Singgalinging, dari Korem 084 Bhaskara Jaya, mengatakan, pihak Korem sangat mengapresiasi sarasehan bulan Pancasila dengan tema yang diadakan panitia serta berharap akan adanya kolaborasi aktif bersama dengan semua elemen masyarakat.

“Kegiatan ini sangat positif bagi kami dalam mengantisipasi radikalisasi dan gerakan terorisme. Kita para aparat militer akan terus bergerak dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Kepolisian tentunya dengan kolaborasi aktif dengan tokoh agama, masyarakat, dan budayawan” ucap Corry di hadapan peserta sarasehan.

Pembicara ketiga, Mochamad Arifin, BNPT Provinsi Jawa Timur, mengatakan, intolerasi dan radikalisme adalah masalah kita semua. Kita hidup di negara yang ada di ratusan dan ribuan pulau dimana memiliki keanekaragaman yang selalu dibicarakan bagaimana untuk terus – menerus bersatu.

“sosial media dapat menjadi musuh kita yang menjerumuskan anak-anak kita,maka kita harus bersatu karena kita adalah satu sebagai anak bangsa.”jelasnya.

“saya sempat mempelajari agama yang ada di dunia. Saya tidak menemui dalam ayat-ayat kitab suci di agama manapun di dunia ini yang mengajarkan terorisme dan radikalisme,”imbuhnya

“Embrio pertamanya dari intoleran adalah sumber dari segalanya, intoleran sifat dan sikap yang paling bawah. Intoleran itu penyakit iri hati, sombong, angkuh. Hal inilah yang dapat memunculkan radikal dimana akan ada strategi selanjutnya yang bisa meningkat menjadi teroris”imbuhnya.

Saat ini, upaya sedini mungkin dilakukan oleh BNPT dalam mengantisipasi bahaya intoleransi dan radikalisme yakni dengan menurunkan websitenya , melakukan pembinaan -pembinaan dalam keluarga adalah sangat penting dalam kehdiupan sehari-hari.

Jordan M Batara Goa, anggota Komisi A DPRD Jawa Timur di bidang hukum, akademisi dan pendidik di sebuah perguruan tinggi mengucapkan, Pancasila diangkat dari sisi akademik yang diajarkan oleh Bung Karno 1 juni 1945 terkait dengan toleransi dan radikalisasi. “Demokrasi politik dan demokrasi sejahtera artinya semua orang Indonesia bisa sejahtera tidak boleh satu orang pun menjadi miskin itulah cita-cita dari Founding Fathers kita”kata Jordan

“Kalau kita mau mengatasi radikalisasi dan intoleransi, kita harus sejahtera di berbagai bidang politik dan ekonomi maka kelompok-kelompok anti Pancasila tidak mendapatkan ruang di masyarakat kita,”jelasnya

Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yaitu dengan cara memperkenalkan tempat ibadah kepada generasi muda kita sehingga mereka dapat memahami agama lain dan mengenal akan satu dengan yang lainnya dalam keberagaman.

Di sela-sela acara Sarasehan ini diberikan sebuah lukisan kepada salah seorang pembicara terkait toleransi dan kebersamaan oleh Bapak Sukir Warga RW 04. Dalam gambar tersebut ada 4 elemen penting yang digambarkan yakni burung Garuda, Bung Karno, Eri Cahyadi, Tugu Pahlawan dan rumah ibadah dari 5 agama yang ada di Indonesia dengan tajuk Bung Karno Impianku, Tantangan dan Prestasimu.

Arti dari lukisan ini, kata Sukir, untuk memberikan semangat pentingnya toleransi itu dalam semangat kegotong royongan dan itu dimulai dari Surabaya sampai ke seluruh dunia.

“gambar yang saya ingin bawa ke sarasehan ini adalah menggambarkan semangat toleransi, kebersamaan, gotong royong itu berasal dari Surabaya dan sudah  didekalarasikan oleh Bung Karno dan kemudian saat ini dilanjutkan oleh Walikota sekarang untuk mencapai prestasi tertinggi di dunia kini dan selamanya,”ungkap Sukir

Harapan dari sarasehan ini, Siswadi, ketua Panitia ajang Haul Bung Karno adalah memperkuat wawasan kebangsaan dan memberikan semangat cinta tanah air dan semangat Pancasila kepada semua elemen masyarakat yang hadir dalam sarasehan ini.

Walikota Surabaya bersama pak Sukir pada sesi penyerahan lukisan

(Pet)