Semarakan Pariwisata Jawa Timur bersama PHRI Jawa Timur
Surabaya – Geliat pariwisata pasca pandemik saat ini bangkit kembali. Seluruh stakesholder mulai dari pengusaha hotel, tempat wisata, pemerintah, dan unsur lainnya gencar melakukan promosi pariwisata secara langsung. Salah satunya yang dilakukan oleh PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Jawa Timur mengadakan FAMTRIP JATIM anggota PHRI pada hari Kamis (11/8/2022).
Acara dihadiri oleh Ketua BPD PHRI Jawa Timur Dwi Cahyono, Puguh selaku Ketua BPD PHRI korwil Surabaya, Ketua BPC Kabupaten Malang, beberapa General Manager (GM) PHRI Jawa Timur seperti GM Hotel The Alana Surabaya, GM Gunawangsa MERR Surabaya, Hotel Kita, Kokoon Hotel, Palm Park Hotel, Red Planet Hotel, Harris Bundaran Satelit Surabaya, Harris Pop Gubeng Surabaya, Hotel Tabung, Swiss Belinn Manyar Surabaya, Pop! Stasiun Kota Surabaya, Verwood Hotel Surabaya, Pop! Diponegoro Surabaya, perwakilan hotel dari Mojokerto, Jombang, Sidoarjo. Selain itu turut hadir pula, beberapa media online dan televisi diantaranya kabaremansipasi.com, DMagz.id, Surabaya TV, Kanal Sembilan.
Mereka melakukan kunjungan ke tempat wisata di Jawa Timur yaitu Alun-Alun Surabaya, Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh November Surabaya, Pelabuhan Tanjung Perak, berlayar menggunakan Suramadu Phinisi Cruise.
Pertemuan yang penuh dengan keakraban ini dilakukan sebagai ajang silaturahmi antar anggota PHRI dan memberikan semangat kebersamaan diantara para anggotanya. Tujuan acara ini, kata Dwi Cahyono, ketua BPD PHRI Jawa Timur, bahwasannya perjalanan ini untuk memberikan semangat keakraban, sosialisasi, edukasi, dan yang terlebih lagi meningkatkan komunikasi yang akrab dengan sinergisitas semua pihak.
Lanjutnya, PHRI FAMTRIP Jawa Timur dapat memberikan edukasi khususnya GM / ketua BPC-BPC di Jawa Timur bahwa hotel dan restoran harus berperan serta dan memberikan manfaat langsung pada perkembangan pariwisata daerah. Caranya, dengan mengenal lebih dekat tempat destinasi wisata sehingga dapat menjelaskan kepada tamu hotelnya dari wisatawan nusantara dan mancanegara. Dwi Cahyono menambahkan, semua destinasi pariwisata di Surabaya siap untuk dikunjungi, hanya perlu sedikit pembenahan untuk menjaga kualitasnya.
Dengan adanya acara ini, Dwi Cahyono berharap, anggota PHRI dapat menjadi mediator sekaligus katalisator pembangunan pariwisata daerah. Karena PHRI salah satu organisasi pariwisata yang menyebar di seluruh kota kabupaten Indonesia.
“Saya berharap, PHRI dapat menjadi agent of change pariwisata Indonesia yang telah berubah dari tradisional menjadi teknologi. Semuanya itu bertujuan untuk meningkatkan okupansi hotel dan restoran.” Terangnya.
Acara dimulai dari pertemuan di Hotel ELMI Surabaya dengan berkumpulnya General Manager dan Pengusaha Restoran. Peserta disambut oleh Sami selaku GM ELMI Hotel Surabaya melalui kegiatan makan pagi dengan hidangan menu khas Madura berupa nasi, udang, sayur, kerupuk.
Setelah sarapan, peserta diajak berjalan-jalan keliling kota Surabaya dengan tujuan ke beberapa tempat yang monumental dan historis. Kunjungan pertama ke Alun-alun Surabaya yang dulunya disebut Balai Pemuda.
Alun-alun Surabaya dulunya disebut Simpang Societe merupakan tempat kumpul-kumpul orang Belanda yang ingin berdansa dan melepaskan waktunya berpesta dengan teman-temannya.dan disini kami melihat beberapa bagian tempat yang bagus dan terawatt mulai dari pelataran yang sudah diubah menjadi estetik dan banyaknya tanaman yang sudah di persiapkan rapi dan manis untuk dilihat. Kami juga diajak ke ruangan baru dari alun-alun Surabaya yang berada di bawah untuk mengamati beberapa barang lama seperti gelas, botok, dan lainnya yang dipakai oleh para pelayan dalam melayani tuan-tuan besar Belanda. Juga, yang tidak kalah menariknya kami melihat pameran lukisan dari para seniman Surabaya yang memberikan lukisan realisme yang memberikan semangat arek-arek (pemuda) Surabaya.
Tempat kedua, kami mengunjungi Museum 10 November 1945 yang berada di komplek Tugu Pahlawan. Di museum yang didirikan pada 10 November 1991 ini, kami melihat betapa semangatnya perjuangan bangsa Indonesia khususnya arek-arek Surabaya dalam berperang melawan penjajah. Kemudian menuju ke lantai satu yang memiliki koleksi banyak barang, baju, dan diorama pertempuran 10 Nopember. Berikutnya menuju ke lantai 2, kami melihat senjata-,senjata dan beberapa hal yang lain terkait yang dipakai oleh para pejuang 1945. Amat disayangkan, di Lantai 2 ini suasana panas yang membuat pengunjung tidak bisa berlama-lama membaca sejarah dan mengamati peninggalan dari para pejuang 1945.
Perjalanan di tempat kedua ini sangat bersejarah dan kami memiliki pemahaman tentang arti nilai-nilai perjuangan akan merah putih yang dikobarkan di masa penjajahan bahkan pembebasan dalam sebuah bangsa daripada belenggu penjajahan. Betapa para pejuang ini mau melepaskan semua yang mereka punya, harapan, dan pemikiran mereka untuk Satu Kata Merdeka atau Mati.
Selanjutnya, perjalanan kami menuju dermaga Tanjung Perak untuk berlayar ke Jembatan kebanggaan warga Jawa Timur yakni Jembatan SuraMadu (Surabaya Madura). Masuk ke pelabuhan Tanjung Perak, kami membayar tiket menggunakan kartu elektronik bank. Dengan kartu itu kami masuk ke dermaga yang dekat kapal Roro-roro, sayangnya untuk menuju ke kapal Phinisi ini tidak ada penunjuk arah.
Bersama 30 orang kami berlayar bersama Pak Nasrullah, Operator Kapal Phinisi. Setelah kapal lepas jangkar, kami dapat melihat berbagai macam kapal mulai dari kapal barang, kapal tangker, kapal perang dan monumen Yos Sudarso, legendaris laksamana Madya yang meninggal akibat pertempuran laut Arafura. disini rekan-rekan PHRI senang sekali berfoto bersama ataupun pribadi. Suasana menyenangkan lainnya adalah melaju ke arah Jembatan SuraMadu. Ada banyak spot foto yang dapat dipakai untuk mejeng dan selfie di bawah jembatan Suramadu. Dalam perjalanan balik ke dermaga Pelabuhan Tanjung Perak, kami melihat matahari terbenam. Sekitar jam 18.00 WIB, kami tiba di pelabuhan dengan selamat dan penuh dengan banyak pesona dan kebermanfaatan bagi para hoteliers dan para wartawan yang mengikuti Fam Trip ini.
(pet)